
Cahaya Untuk Rayna
Karya : Retno Indrarsih Soerono
Hari menjelang senja, Rayna masih duduk di taman belakang rumah, wajahnya tampak murung. Sudah enam bulan Rayna harus menggunakan kursi roda, kecelakaan membuat kakinya tidak berfungsi, mungkin benturan saat kecelakaan mengenai tulang ekornya.
Kejadian ini membuatnya sangat terpukul. Ia mengurung diri sepanjang hari di kamarnya, tidak mau bertemu siapa pun bahkan tidak mau membalas pesan teman- teman di gawainya. Entah mengapa hari ini ia mau keluar dari kamar dan bermain di taman.
Adzan magrib sebentar lagi terdengar. Rayna masih tak beranjak, hingga ibunya datang menjemput. Dari jauh ibunya melihat Rayna yang berkali- kali mengusap air matanya. Tak terasa air mata pun mengalir dari pelupuk matanya. Lalu didekatinya Rayna.
"Rayna, ayo kita masuk, sebentar lagi magrib tiba." kata ibu.
" Iyaa Bu,' jawab Rayna sambil.memutar kursi rodanya.
" Loh ... kok matamu merah begitu, pasti tadi nangis lagi, jangan larut dalam kesedihan, kamu harus bangkit kamu kan anak yang kuat, kata Ibu, Rayna hanya diam.
Esoknya Ibu mengajak Rayna jalan- jalan, tapi Rayna tidak mau, Ibu terus membujuk.
"Ayolah Rayna, kamu sudah terlalu lama berdiam di rumah, kamu harus melihat pemandangan di luar sana agar hatimu gembira." Bujuk Ibu.
" Rayna di rumah saja Bu."
" Kalau kamu malu, nggak usah turun, cukup di mobil saja, yang penting kita jalan-jalan" kata ibu seolah mengerti apa yang ada dalam pikiran Rayna.
Akhirnya ia pun mau ikut jalan- jalan dengan catatan tidak turun dari mobil.
Rayna pergi berdua saja dengan ibunya. Sejak Rayna kecelakaan Ibu memutuskan untuk berhenti bekerja, agar dapat mengurus Rayna.
Ibu mengendarai mobilnya dengan hati-hati, sebelum berangkat mereka tidak lupa berdoa agar selamat sampai tujuan.
Di depan gerbang perumahan ibu menghentikan mobilnya lalu turun dan mendekati penjual kerupuk yang menggelar dagangannya di pinggir jalan, Rayna bingung dengan apa yang dilakukan ibunya, karena di rumah masih ada sekaleng kerupuk. Tampak penjual kerupuk itu melayani ibu, Rayna melihat ada yang ganjil dari cara penjual itu melayani. Sepertinya penjual itu seorang tuna netra.
Tidak berapa lama ibu kembali ke mobil dengan membawa beberapa bungkus kerupuk dalam satu plastik besar.
“Bu, sepertinya penjual kerupuk tadi seorang tuna netra ya?” tanya Rayna.
“Iya,” jawab ibu.
“Ibu membeli kerupuk itu karena kasihan?” tanya Rayna.
“Tidak, karena kita memang butuh kerupuk.” Jawab ibu.
“Bukankah di rumah masih ada kerupuknya?”“Iya, tapi besok ada teman-teman kerja Ibu mau main ke rumah kita, katanya kangen sama Ibu, dari pada beli di tempat lain, lagian kerupuknya enak.”kata ibu menjelaskan, Rayna tidak bertanya lagi, mereka pun terdiam. Mobil mereka pun kembali melaju.
Di sebuah sekolah ibu menghentikan mobilnya, Rayna bertanya-tanya dalam hati, “Sekolah apa ini?” Tidak berapa lama tampak beberapa murid datang, ada yang memakai kursi roda seperti dirinya, ada yang digandeng orangtuanya, ada beberapa yang memakai tongkat, rupanya ini adalah sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
“Apakah Ibu akan menyekolahkanku di sini?” tanya Rayna.
“Tidak, kamu bisa kembali ke sekolahmu yang lama,”jawab ibu.“Tapi Bu …”
“Rayna … kamu harus bangkit ya Nak, Ibu bisa saja memanggil guru ke rumah, tapi Ibu pikir kamu perlu teman, agar kamu bahagia, bisa berbagi dengan temanmu. Lihatlah banyak sekali yang lebih parah darimu tapi mereka tetap semangat ke sekolah.”
“Bu, jika Rayna sekolah masih ada harapankah buat Rayna untuk menjadi seorang sarjana dan bekerja kelak?” Tanya Rayna sedih.
“Rayn … Rayn … buka matamu lebar-lebar, seorang buta pun bisa menjadi penjual kerupuk seperti yang kamu lihat, dan tidak hanya itu kamu pernah dengar cerita tentang Hellen Keller ?”“Iya Bu, aku sudah membaca ceritanya, dari buku yang Ibu belikan untukku saat aku masih kelas lima dulu,” jawab Rayna.
“Nah, kamu tahu kan akhirnya Hellen Keller menjadi seorang dosen dan memiliki sekolah, walaupun dia tidak bisa melihat dan mendengar. Kamu lebih beruntung masih bisa melihat, kamu masih bisa menikmati warna warninya dunia ini, banyak sekali kisah sukses orang-orang berkebutuhan khusus sebab Tuhan memberi umatnya kelebihan di balik kekuranganya.” Kata Ibu sambil menggenggam tangan Rayna.“Bu, Rayna mau sekolah lagi, tapi apakah teman-teman mau menerima Rayna?”
“Rayn … Rayn, mereka teman-teman yang baik, mereka berusaha untuk bertemu denganmu tapi kamu yang tidak mau bertemu mereka, bahkan pesan di gawaimu pun tidak kamu baca.” Jawab Ibu, Rayna menunduk malu.
“Tapi Bu, Rayna sudah tidak sekolah satu semester, mereka akan naik ke kelas sembilan, dan Rayn harus mengulang di kelas delapan.”
“Nggak masalah Rayn, teman sekelasmu adalah adik kelasmu dulu, mereka mengenalmu sebagai kakak kelas yang pintar, siapa yang nggak kenal Rayna sang ketua OSIS?” bujuk Ibu.
Beberapa hari setelah percakapan di depan Sekolah Luar Biasa itu, Ibu membelikan beberapa buku tentang orang-orang yang sukses meskipun mereka berkebutuhan khusus. Rayna membaca dengan antusias, ia merasa semangatnya bangkit. Lalu ia ambil gawainya dan dibukannya pesan dari teman- temannya, air mata Rayna menetes, betapa perhatiannya mereka padanya. Sesekali Rayna tersenyum membaca cerita lucu teman-temannya yang berusaha menghibur. Tidak hanya teman sekelasnya, tetapi juga dari adik-adik kelasnya.
“Rayn, hari ini ulang tahunmu, walau kamu nggak ada di kelas kami tetap mengingatmu, kami minta Bu Ari untuk memimpin doa untukmu, kami dan juga Bu Ari sangat rindu padamu,’ begitu salah satu bunyi pesan yang diterimanya. Rayna meneteskan air matanya, betapa teman-teman itu menyayanginya. Rayna merasa bersalah karena telah mengabaikan pesan teman-temannya, lalu satu demi satu dibalasnya pesan teman-temanya. Tidak berapa lama teman-temannya pun membalas pesannya dengan penuh suka cita.
Esoknya ketika Rayna sedang membaca buku-buku pemberian Ibunya, tiba-tiba ada yang mengetuk kamarnya, “Masuk!” jawab Rayna.
“Assalammu alaikum …” serentak terdengar suara menyapa, ternyata mereka sahabat-sahabat Rayna, ada Echa, Firly dan Nabila, rupanya Ibu meminta mereka datang dan menyilakan untuk langsung menemui Rayna di kamarnya sebagai kejutan.
Betapa senangnya Rayna, sahabat-sahabat itu memeluknya. Mereka pun mulai berceloteh, seru dan lucu. Tiba-tiba air mata menetes di pipi Rayna, teman-teman pun terkejut.
“Mengapa kamu menangis Rayn?” tanya Firly.
“Aku … aku menyesal telah mengabaikan kalian, ternyata kalian tetap sahabatku, tak ada yang berubah dengan kalian.” Jawab Rayna.
“Iyaalah Rayn, masak sih kami berubah, kami kan bukan Power Rangers” jawab Nabila yang paling kocak di antara mereka. Mereka pun tertawa bersama.
Rayna masih setia dengan kamarnya. Tetapi kali ini dengan suasana yang berbeda. Hari ini Rayna merasa sangat bahagia, ternyata tak ada yang berubah dari teman-temannya, mereka masih menyayanginya.
Setelah teman-temannya pulang, Rayna segera membuka buku-buku pelajarannya. Walaupun harus mengulang di tahun ajaran baru, setidaknya dengan membaca buku pelajaran dapat mencairkan otaknya yang beku, begitu pikir Rayna.
Tahun ajaran baru tiba, sejak pagi Rayna sudah bersiap-siap, ia sudah menata rapi tasnya sejak tadi malam. Ibu membelikan tas baru untuknya, Rayna merasa senang. Setelah sarapan Rayna bergegas pergi ke sekolah diantar oleh Ibunya. Sesampai di sekolah, Rayna merasa terharu, ia merasa rindu dengan sekolahnya, gedung sekolah yang megah dan halaman yang sejuk seolah menyambut kehadiran Rayna, tak terasa buliran air mata mengalir di pipi Rayna.
“Ayo sayang, kamu siapkan?” tanya Ibunya sambil membuka pintu mobil untuk Rayna, sementara kursi roda sudah sudah siap di sampingnya. Rayna mengangguk, ia pun turun dari mobil dibantu Ibu. Kursi roda pun membawa Rayna ke halaman sekolah. Sekelompok murid yang melihat kedatangan Rayna pun berteriak memanggilnya.
“Kak Rayna … !” mereka pun berlari mendekati Rayna, mereka adik kelas Rayna, tetapi sekarang mereka satu tingkat. Rayna pun membalas panggilan mereka sambil tertawa lebar. Ibu yang mendorong kursi roda Rayna pun meneteskan air mata haru, selama enam bulan ini baru sekarang Ibu melihat Rayna tertawa. Terlebih ketika teman sekelas Rayna menyambut dengan penuh suka cita.
Ibu membawa Rayna menuju ruang kepala sekolah, untuk melaporkan kehadiran Rayna. Ibu kepala sekolah menyambut Rayna dengan hangat, mereka pun lalu berbincang-bincang, tak lupa Ibu kepala sekolah memberi motivasi kepada Rayna. Setelah itu Rayna diantar menuju kelas baru oleh wali kelas. Ada sedikit rasa cemas karena ini adalah kelas baru dan tak ada sahabatnya di sana. Ibu turut mengantar Rayna ke kelas yang baru. Ketika kursi roda membawanya ke dalam kelas, serentak murid-murid pun berteriak gembira.
“Kak Rayna …!”
Ternyata Rayna masih dikenal oleh adik kelasnya dulu, Rayna merasa sangat senang, senyum tak lepas dari bibirnya. Rayna duduk di depan dengan Ayu adik kelas yang dulu sempat bergiat di osis bersamanya. Melihat Rayna sudah terlihat nyaman Ibu pun pamit meninggalkan Rayna dan berjanji akan menjemput siang nanti.
Rayna merasa bersyukur sekelas dengan teman-teman yang baik. Wali kelasnya pun sangat ramah dan penuh perhatian. Harapan pun singgah dibenak Rayna, ia berjanji akan belajar dengan giat, ia tidak ingin tertinggal untuk yang kedua kalinya. Ia ingin menjadi kebanggaan orang tuanya, ibu yang selalu menjaganya dan ayahnya yang berjuang mencari nafkah sebagai pelaut yang pulang tiga bulan sekali. Dengan keterbatasannya Rayna menyadari ada kelebihan yang dimilikinya, Tuhan memberikan otak yang cerdas, mata dan telinga yang normal, kedua tangan yang sempurna dan kedua orang tua yang selalu mendukung, Rayna merasa sangat bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Ia berjanji akan semangat mengejar impiannya untuk menjadi guru, agar ia bisa berbagi ilmu dengan muridnya dan memberi semangat kepada mereka untuk pantang menyerah. dalam mencari ilmu. Rayna ingat nasihat yang diberikan ibunya “Dalam keterbatasan Tuhan memberikan kelebihan.”
Humas SMPN 6 | 2024-02-16| Dibaca : 469
- Sistem Penerimaan Murid Baru TP 2025-2026
- Cara Mendaftar Kartu Indonesia Pintar
- Kelender Pembelajaran Dibulan Ramadhan 1446 Hijriah
- Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Membentuk Generasi Berkarakter
- Informasi Libur Semester Ganjil TA 2024-2025
- Yuk Cegah Penyakit dengan Mencuci Tangan Peringati Hari Cuci Tangan Sedunia 2024
- PPDB SMP Kota Bekasi Tahun 2024 Sudah Selesai
- PPDB Tahun Ajaran 2024/2025
- Ungkap Kontribusi Pers Nasional dalam Perjuangan Kemerdekaan
- Cahaya Untuk Rayna-Cerpen